Prolog - Bunga Layu
Seperti tanaman yang butuh air, manusia
juga butuh kasih sayang.
Cara memberi kasih sayang itu ada banyak,
bisa berupa uang, barang, kehangatan, atau bahkan kata-kata keras dan sikap
yang sulit dimengerti.
Setiap orang punya cara sendiri untuk
memberikan kasih sayang.
Tapi, kasih sayang tidak selalu berhasil.
Seperti jenis bunga yang berbeda butuh cara
merawat yang berbeda, manusia yang menerima kasih sayang juga berbeda-beda.
──Ada yang bisa menerima kasih sayang dalam
bentuk apapun.
──Ada yang hanya bisa menerima kasih sayang
yang jelas dan mudah dimengerti.
Ada banyak jenis orang, dan kasih sayang
akan berhasil jika keduanya cocok.
Tapi, kalau tidak cocok, kasih sayang itu
akan sia-sia seperti menuang air ke pot bunga yang berlubang.
“Ayah, aku dapat nilai 100!”
“Oh ya. Tentu saja, kamu kan anak Ayah.
Tapi Ayah sedang sibuk, kalau cuma itu kamu boleh pergi.”
“Ba, baik.”
Jadi, wajar kalau anak perempuan yang butuh
kasih sayang yang jelas dan ayahnya yang gila kerja tidak cocok.
Sampai SMA, kasih sayang yang dia terima
tidak pernah cukup.
Dia hanya bisa meyakinkan diri kalau ini
sudah biasa.
Dia hidup tanpa tahu apa itu cinta.
“Aku mau bantu karena aku melihatmu kerja
sendirian.”
Suatu hari, seorang anak laki-laki datang
saat dia sedang bekerja sendirian.
Anak laki-laki yang baik hati itu
memberinya kasih sayang tanpa pamrih.
Dengan cara yang jelas dan tulus.
Kasih sayang itu akhirnya membuat hatinya
tumbuh dan mekar menjadi cinta.
Cinta itu sangat indah dan berharga bagi
gadis yang tidak pernah merasakan cinta sebelumnya.
Jadi, dia berusaha keras.
Agar cinta itu terus mekar.
Agar anak laki-laki itu terus memberinya
kasih sayang.
Tapi, kenyataan itu kejam.
Ada bunga-bunga lain yang lebih indah di
sekitar anak laki-laki itu.
Dan akhirnya, anak laki-laki itu memilih
gadis lain, bukan dia.
Kasih sayangnya hanya tertuju pada satu
orang, dan cinta gadis itu layu.
Biasanya, bunga yang layu akan dibuang.
Tapi, bunga ini adalah satu-satunya yang
dimiliki gadis itu, dia tidak bisa membuangnya meskipun sudah layu.
Dia menyimpannya dengan harapan suatu hari
nanti anak laki-laki itu akan kembali menyayanginya, dan keajaiban terjadi.
Entah bagaimana, waktu berputar kembali.
Kembali ke saat sebelum dia bertemu anak
laki-laki itu.
Saat menyadari hal itu, dia bertekad.
“Kali ini aku akan mendapatkan cinta dia untukku diri.”
Previous || Daftar isi || Next