Chapter 6 - Hari Festival Budaya
[PoV: Takuya]
Akhirnya, pagi hari
Festival Budaya telah tiba.
Hari ini adalah hari
Sabtu, tapi aku bangun sedikit lebih awal dari biasanya, cepat-cepat bersiap
dan sarapan, lalu langsung keluar rumah.
Ketika aku menengadah ke
langit, aku melihat langit biru tanpa awan pada musim gugur yang cerah.
Sambil berpikir hari ini
adalah hari yang sempurna untuk Festival Budaya, aku menuju ke stasiun untuk
bertemu dengan Shi-chan.
Ketika aku sampai di
tempat pertemuan, Shi-chan sudah ada di sana.
Walaupun hari Sabtu,
Shi-chan yang memakai seragam sekolah melambaikan tangan dengan gembira ketika
dia melihatku.
"Selamat pagi!
Tak-kun!"
"Selamat pagi,
Shi-chan"
Kami saling bertukar
sapaan pagi dan tersenyum satu sama lain.
Shi-chan hari ini juga
terlihat sangat manis sejak pagi.
Lalu kami berdua memulai
berjalan menuju sekolah.
Shi-chan yang berjalan di
sebelahku tampak sangat senang, dia memegang tanganku erat dan mulai
melambai-lambaikannya.
"Hei, orang lain akan
melihat kita lho?"
"Tidak apa-apa, kita
santai saja!"
Shi-chan menjawab sambil
menarik tanganku kepadanya dan kemudian dia memeluk lenganku dengan gembira.
Melihat Shi-chan tertawa
dan memeluk sambil ber-eh hehe, aku pun tidak bisa tidak menerima sikapnya.
Lagipula, aku juga sangat
bahagia bisa berdekatan seperti ini dengannya.
Bagaimanapun juga, hari
ini adalah hari Festival Budaya.
Hari ini aku akan berusaha
sekuat tenaga untuk membuat kenangan yang menyenangkan bersama Shi-chan.
Ketika kami memasuki
kelas, semua orang di kelas sudah mulai mempersiapkan kafe maid.
"Oh, pahlawan utama
hari ini datang ya! Ayo, kalian berdua cepat ganti baju!"
Mikitani-san yang sudah
memakai kostum maid menyadari kehadiran kami dan dengan semangat menyapa kami.
Dia menyerahkan seragam
sekolah kami dan menyuruh kami cepat ganti dengan mendorong kami dari belakang.
Setelah tiba di ruang
kelas, tak lama kemudian aku berjalan bersama Shi-chan ke ruang ganti.
Shi-chan yang berjalan di
sampingku terlihat sangat bersemangat dan memeluk baju maid yang diberikan
dengan senang hati.
Melihat gestur manisnya,
aku tak bisa menahan tersenyum.
Lalu aku dan Shi-chan
berpisah, aku memasuki ruang ganti laki-laki, dan di sana sudah ada Niijima-kun
yang telah tiba lebih dulu.
"Ah, Ichijou-kun
selamat pagi. Hari ini, ayo kita berusaha keras ya."
"Selamat pagi,
Niijima-kun. Iya, ayo berusaha keras."
Aku bertukar salam dengan
Niijima-kun dan kami tertawa bersama.
Kami sudah menjadi teman
yang bisa berbicara dengan santai seperti ini.
Aku tidak tahu apakah dia sudah
benar-benar melupakan Shi-chan atau belum, tetapi aku merasa senang karena dia
berinteraksi dengan aku secara alami seperti ini.
"Ngomong-ngomong,
bagaimana jika kita berhenti memanggil dengan nama keluarga? Mulai hari ini,
boleh aku panggil kamu Takuya?"
"Tentu saja tidak
masalah. Kalau gitu, mulai hari ini aku juga akan memanggilmu Kengo."
"Terima kasih,
Takuya."
"Sama-sama,
Kengo."
Kami tertawa bersama
karena merasa aneh memanggil satu sama lain dengan nama depan.
Mungkin ini pertama
kalinya sejak aku berteman dengan Takayuki di sekolah ini, merasa agak geli
tetapi pada akhirnya merasa senang bisa memanggil satu sama lain dengan nama.
Dari sikapku waktu baru
masuk sekolah hingga saat ini, aku merasa sudah berubah cukup banyak.
Dulunya aku merasa
kumpulan kelas itu merepotkan, mungkin saat acara festival budaya seperti ini
pun aku akan hanya melewatinya tanpa masalah.
Tapi, aku bisa berubah
karena bertemu dengan Shi-chan.
Karena Shi-chan yang
selalu nampak senang ada di sampingku, aku juga bisa menikmati bersamanya.
Awalnya aku ingin membuat
Shi-chan menikmati hari ini, tapi yang terjadi malah selalu aku yang diberi
kebahagiaan oleh dia.
Dan bukan hanya Shi-chan
saja.
Bersama dengan Kengo dan
semua orang, aku bisa belajar melalui persiapan festival ini tentang kesenangan
dari bekerja bersama menuju tujuan yang sama.
Itulah mengapa aku sangat
berterima kasih pada Kengo dan Mikitani-san yang telah memimpin kelas kami, dan
hari ini aku bertekad untuk membuat semuanya berjalan sukses.
"Baiklah, mari kita
berusaha menjadi yang terbaik di antara semua tahun - tidak, di seluruh sekolah
hari ini."
"Betul, mari kita
lakukan yang terbaik."
Kami berdoa untuk
keberhasilan kelas kami dan saling berjabat tangan dengan tegas.
Kami adalah dua pria yang
mewakili semua laki-laki di kelas kami, sebagai pelayan.
Oleh karena itu, kami
tidak boleh kalah dari gadis-gadis yang mengenakan kostum pelayan, dan harus
melayani dengan sebaik mungkin.
Untuk itu, aku mengeluarkan
'senjata rahasia' yang telah aku bawa untuk hari ini, dan Kengo juga tersenyum
penuh makna ketika dia menyadari itu.
"Boleh aku juga
meminjamnya?"
"Tentu saja."
Sambil tersenyum lebar,
aku memberikan senjata rahasia itu kepada Kengo.
Dengan begitu, aku dan
Kengo menyelesaikan persiapan tertentu dan kembali ke kelas bersama-sama.
◇
Ketika kami kembali ke
kelas, tampaknya persiapan sudah hampir selesai.
Artinya, kami hanya perlu
menunggu waktu toko dibuka.
Ketika kami berdua
kembali, bisa terlihat bahwa para laki-laki dan perempuan di kelas kami
terkejut.
"Wow, kalian berdua
benar-benar..."
Sambil memandang kami,
Mikitani-san tidak sengaja mengucapkan kata-kata itu.
Inilah 'senjata rahasia'
yang kami gunakan hari ini.
Ini bukan apa-apa, hanya
produk penataan rambut biasa.
Demi hari ini, aku dan
Kengo menggunakan gel lilin keras yang telah kami siapkan untuk memberi
penampilan semacam pelayan dengan menyisir rambut kami ke belakang.
Meskipun kita masih siswa
SMA dan tidak bisa menghilangkan sepenuhnya rasa kekanak-kanakan dari wajah
kita, aku merasa cukup puas dengan diriku sendiri karena penampilan dan
pakaianku yang terlihat baik ketika digabungkan.
Biasanya, aku tidak akan
pernah menggunakan gaya rambut seperti ini, tapi aku berpikir ingin mencoba
sesuatu yang baru untuk acara festival budaya hari ini.
Sasaran kami, berdasarkan
reaksi semua orang di kelas, tampaknya berhasil dan itu membuatku lega.
"Tampaknya kita cukup
menarik perhatian, ya?"
"Haha, ya
betul."
Aku tersenyum sinis kepada
Kengo yang juga tersenyum balik kepadaku.
Jika aku sendirian mungkin
akan terasa sangat malu, tetapi berkat Kengo yang juga melakukan hal yang sama,
aku tidak merasa begitu malu.
"Eh, Tak-kun?"
Lalu, aku mendengar suara
Shi-chan dari belakang dan aku menoleh ke belakang.
Di sana, aku melihat
Shi-chan sudah berganti pakaian menjadi seragam pelayan perempuan.
"Ah, Shi-chan. Ya,
itu benar-benar cocok denganmu."
Aku selalu terpesona oleh
penampilannya dalam seragam pelayan itu setiap kali aku melihatnya.
Hanya dengan memikirkan
bahwa seorang gadis cantik seperti dia adalah pacarku, perasaan kegembiraan
yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata mengisi dadaku.
Saat aku terpesona oleh
penampilan Shi-chan, dia juga menatap wajahku dengan seksama.
"Hau... Ah, terima
kasih..."
Shi-chan memerah dan
menunduk dengan malu.
Reaksinya yang pemalu itu
juga sangat menggemaskan, membuatku memiliki dorongan untuk memeluknya.
"Tidak ada yang bisa
mengalahkan Takuya ya. Shi-chan benar-benar akan mengalami banyak
kesulitan."
"Apa itu?"
"Entahlah, baiklah
aku akan bersiap-siap juga."
Dengan itu, Kengo menepuk
bahu aku sambil tersenyum sinis dan bergabung kembali ke kelompok kelas.
Tapi sejujurnya, meskipun
sebelumnya aku bertanya-tanya apa itu, aku memahami maksud Kengo.
"Ta, Tak-kun juga,
itu... Sangat cocok denganmu, kamu terlihat keren..."
"Ah, terima
kasih..."
"Ya ya, baiklah kamu
berdua yang sedang saling kagum satu sama lain, ayo bersiap-siap juga!"
Ketika kami berdua saling
menatap dengan malu-malu, Mikitani-san yang tidak tahan lagi masuk ke dalam
percakapan.
Mikitani-san memukul
punggungku dengan semangat, dan membawa Shi-chan ke kelompok yang bertanggung
jawab atas pelayanan.
Meskipun ini adalah ruang
kelas, aku merasa perlu untuk menyesali tindakan kami yang saling menatap, dan
aku memutuskan untuk bergabung dengan kelompok yang bertanggung jawab atas
dapur.
Namun, semua persiapan
bahan sudah selesai, dan tampaknya tidak ada lagi yang perlu dilakukan, jadi
aku menggunakan waktu ini untuk menikmati percakapan ringan dengan Takayuki
yang juga bertanggung jawab atas dapur.
Dan ketika sudah hampir
waktu pembukaan festival budaya, ponselku yang ada di saku mulai bergetar.
Aku mengambil ponsel untuk
melihat apa itu, dan ternyata itu adalah Lime dari Akarin.
"Aku sekarang sedang
dalam perjalanan dengan mobil! Akan segera sampai, tapi ada tempat yang ingin
kukunjungi dulu, jadi setelah itu, kami akan mampir ke kelas Tak-kun ya!"
Lime itu terasa
seakan-akan aku sedang membuat janji untuk bertemu dengan teman.
Tapi, karena lawan
bicaraku adalah Akarin, aku hampir saja tertawa terbahak-bahak karena merasa
itu tidak mungkin.
Namun, bagaimanapun juga,
akhirnya Akarin dan yang lainnya akan datang ke festival budaya sekolah kami.
Siapa sangka di sekolah
ini, seorang idola nasional akan datang untuk bermain, pasti tidak ada seorang
pun yang menduga.
Aku bertanya-tanya apa
yang akan terjadi selanjutnya di festival ini, tiba-tiba seorang anak laki-laki
dari kelas kami masuk ke dalam kelas dengan tergesa-gesa.
Melihat tingkah anak
laki-laki yang tergesa-gesa itu, semua pandangan terkejut menatapnya secara
serempak.
"Hai! Rupanya di
festival budaya kali ini, ada tamu rahasia yang akan datang! Tidak tahu siapa,
tapi kayaknya orang terkenal banget!"
Mendengar kata-kata itu,
semua juga kaget dan mulai ribut.
Dan di tengah-tengah
perdebatan tentang siapa yang akan datang itu, aku sedikit bisa menebak apa
yang sedang terjadi di belakang layar.
◇
Jam sepuluh pagi lewat,
dan festival budaya pun akhirnya dimulai.
Kelas kami melakukan maid
café, yang telah menjadi topik pembicaraan di seluruh sekolah, sehingga sudah
ada antrian yang cukup panjang sebelum pembukaan.
Sebelum pembukaan, aku
sempat berpikir apakah acara kami akan baik-baik saja, tapi aku sungguh senang
mereka sudah antre seperti ini.
Lalu, segera setelah
dibuka, kami langsung penuh dan itu membuat kami sibuk sejak awal.
Tentunya, tujuan mereka
adalah melihat para gadis dalam cosplay maid.
Dan nampaknya, yang paling
mereka tunggu-tunggu adalah penampilan Shi-chan dari mantan Angel Girls dalam
kostum maid, itu bisa dilihat dari cara semua orang memperhatikan
penampilannya.
Namun, di kelas ini,
dengan Mikitani-san yang memang bekerja sebagai maid dan Shimizu-san yang juga
termasuk dalam dua besar kecantikan sekolah kami, para gadis bergiliran
melayani pelanggan, membuat pandangan para tamu berpindah-pindah dengan serbuan
yang sibuk.
"Oke, mari kita
mulai! Semoga enak! Moe moe kyun!"
Shi-chan melayani
pelanggan yang memesan omurice dengan sempurna sambil membuat bentuk hati
dengan tangannya.
Bagaimana dengan para
laki-laki yang mendapat moe moe kyun dari idola yang mereka kagumi? Mereka
sepenuhnya terpesona dengan pesona yang ditampilkannya.
"Eh, ehm, semoga...
enak, moe moe... kyun!"
Di meja sebelahnya, Shimizu-san mencoba "moe moe kyun" dengan malu-malu.
Kesegaran dan usaha
Shimizu-san yang melakukan moe moe kyun membuat semua anak laki-laki yang
mendapatkannya menjadi sangat gembira dan bersemangat.
Takayuki, yang mengintip
dari dapur, dengan sempurna mengamati upaya Shimizu-san dan juga ikut menjadi
bagian dari kegembiraan.
Dengan ini, efek maid dari
para gadis benar-benar luar biasa, dan sejak pembukaan, tidak ada tanda-tanda
jumlah pelanggan akan berkurang sama sekali.
Dan tentang diriku dan
Kengo, karena ada juga para wanita dan gadis yang datang, kami yang melayani
mereka, dan ternyata kami cukup populer, yang cukup melegakan.
Pelanggan perempuan mulai
bertambah, dan sepertinya berita tentang kami sudah menyebar.
Kami menggunakan teknik
pelayanan yang penuh dengan gaya narcis yang diajarkan oleh Mikitani-san, dan
untungnya para pelanggan ikut serta dengan sangat antusias.
Sambil merasa puas dengan
kesibukan itu, saat aku pergi ke dapur untuk menyampaikan pesanan dari seorang
gadis, aku secara kebetulan bertemu dengan Shi-chan.
Aku pikir dia pasti akan
tertawa, tapi ternyata Shi-chan menunjukkan wajah yang kecewa padaku.
Yang pasti, alasan dia
kecewa adalah karena ia melihat aku melayani gadis-gadis lain.
Namun, itu harus dimaklumi
karena kami berdua berada dalam kondisi yang sama, dan aku hanya berharap ini
dimaafkan karena ini hanya untuk saat ini, dan Shi-chan berbisik padaku dengan
suara yang hanya kudengar.
"Kamu harus lakukan
itu untukku juga setelah ini!"
Dengan berkata demikian,
Shi-chan kembali beralih ke mode idola untuk melayani pelanggan.
Melihat Shi-chan begitu,
aku tidak bisa menahan tawa, sambil menjawab dalam hati, 'Mengerti'.
Sambil berpikir bahwa aku
pasti akan melakukan pelayanan khusus, yang tidak akan kuberikan kepada gadis
lain, hanya untuk Shi-chan.
Cepat sekali waktu
berlalu, dan dua jam sudah berlalu sejak pembukaan.
Baik yang bertugas di
pelayanan maupun di dapur, awalnya memang ada kebingungan, tapi seiring waktu
mereka semakin terbiasa, dan antrian mulai berkurang sehingga ada sedikit
kelegaan.
Karena alasan itu, gantian
dengan Kengo, aku memutuskan untuk istirahat dan duduk di tangga lorong,
mengeluarkan ponsel dari saku dan mulai memeriksanya.
Lalu, di smartphone-ku,
telah tiba sebuah pesan Lime dari Akarin.
"Aku pikir bisa ke
sana sekitar tiga puluh menit lagi!"
Saat aku mengecek waktu,
pesan itu ternyata dikirim tepat tiga puluh menit yang lalu.
Artinya, jika mengikuti
pesan Lime tersebut, Akarin dan yang lainnya akan tiba sekitar waktu ini.
Sadarkan hal itu, aku
berpikir ini bukan waktunya istirahat, dan terburu-buru kembali ke kelas.
"Ah, Tak-kun
ketemu!"
Lalu, seseorang wanita
dengan suara ceria memanggilku dari belakang──.
Saat aku menoleh ke
belakang mendengar suara yang akrab itu, di sana benar-benar terlihat sosok
Akarin.
Tak hanya Akarin, ada juga
Megumin, Chiaki, dan Miyabi, tiga orang anggota Angel Girls yang sudah lengkap
berkumpul──.
Tentu saja, mereka semua
menyamar dengan memakai topi, masker, dan kacamata hitam, tapi begitu Akarin
yang memanggil, bisa langsung diketahui bahwa mereka adalah Angel Girls.
"Ah, ini orangnya Tak-kun
yang jadi rumor itu? Halo!"
Megumin mengangkat
tangannya sambil menyapa dengan riang.
"Ah, ha, halo!"
Chiaki, yang agak canggung
dan kebingungan, menundukkan kepalanya.
"Hmm, jadi ini
dia..."
Dan terakhir, Miyabi yang
menatapku dengan sedikit ketidakpedulian sambil melipat tangannya.
Aku belum pernah bertemu
ketiga idol top dengan reaksi yang bermacam-macam itu, dan aku tidak tahu harus
bagaimana, jadi hanya bisa tertawa canggung sebagai respons.
Untuk saat ini, karena
identitasnya belum terungkap kepada orang lain, aku memutuskan untuk mengajak
mereka ke dalam kelas dulu.
"Eh...
Serius...?"
Lalu, hanya Shi-chan yang
tampaknya langsung menyadari identitas mereka, sangat terkejut sambil menutup
mulutnya dengan tangan.
"Aah! Shioriin! Aku
kangen banget!"
"Shioriiin!"
"Lama tidak bertemu
ya, Shiorin."
Dan kemudian, ketiga dari
mereka, Megumin, Chiaki, dan Miyabi, berlari ke arah Shi-chan, dengan gembira
merayakan reuni mereka setelah lama tidak bertemu.
Melihat mereka yang
merayakan dengan gembira itu, semua orang di kelas dan pelanggan yang ada juga
mulai sadar akan identitas mereka.
Dan──,
"「「「Eh!?」」」"
Semua orang yang hadir di
kelas itu berseru kaget secara bersamaan.
◇
"Eh, kenapa kalian
semua ada di sini?"
"Eheheー, Kami datang untuk
kejutan!"
Menanggapi pertanyaan
Shi-chan, Megumin menjawab dengan nakal, "Itu adalah kejutan yang sukses
besar!"
Lalu Shi-chan ikut tertawa
merasa telah tertipu, sambil merayakan reuni yang telah lama tidak terjadi
bersama dengan semuanya.
"Tapi, hari ini kan
hari Sabtu, jadwalnya tidak masalah?"
"Itu sih, Akarin
telah menggunakan cara rahasianya."
Sambil melepas masker dan
tersenyum licik, kali ini Miyabi yang menjawab.
Dan ketika Miyabi melepas
maskernya, suara terkejut dari para pemuda mendesah, "Wa, asli
itu..."
Tidak heran memang, karena
mereka adalah idol top yang sedang naik daun.
Melihat mereka secara
langsung, semuanya adalah gadis-gadis cantik yang tak kalah dari Shi-chan.
Biasanya hanya dengan
kehadirannya, Shi-chan sudah cukup mencolok, tetapi ketika dia berada di
lingkaran Angel Girls, terasa natural, dan itu benar-benar luar biasa.
"Eh, gadis ini super
imut tau!"
Lalu Megumin, mengatakan
itu dan tiba-tiba memeluk Shi-chan yang berada di dekatnya.
Sepertinya menurut
Megumin, tampilan Shi-chan sangat luar biasa, dan dengan wajah yang menyendiri,
Megumin memeluk Shi-chan sementara Shi-chan menjadi sangat merah dan kaku.
"Ayo, kita jangan
repotkan toko ini dan cepat pesan ya."
Akarin tepuk tangan dengan
nada 'ayo cepat', mendorong semuanya untuk duduk di tempat duduknya.
Dengan begitu, anggota
Angel Girls yang akhirnya duduk, mulai menatap menu di atas meja dengan
tertarik.
"Jadi, kita semua
pesan yang sama saja ya? Permisi, bisa pesan omurice dan minuman moe moe ini,
masing-masing satu untuk empat orang?"
Tanpa memberikan
kesempatan kepada yang lain untuk memilih menu favorit mereka, Akarin secara
sepihak memutuskan pemesanan untuk semua orang karena waktu yang terbatas.
Sambil tersenyum pahit
kepada Akarin yang seperti itu, Shi-chan menerima pesanan lalu langsung menuju
ke dapur.
Sebagai tanda, bisnis di
dalam toko yang sempat terhenti mulai berputar kembali seperti biasa.
Setelah beberapa saat,
Shi-chan bersama dengan Shimizu-san dan Mikitani-san, mengantar omurice ke meja
tempat Angel Girls menunggu.
Lalu Shi-chan, dengan
botol saus tomat di tangan dan senyuman lebar, berkata.
"Nah, tuan putri, aku
akan memberikan layanan menggambar untuk Anda."
Dengan itu, Shi-chan mulai
menggambar dengan tangan sendiri, tidak meminta konfirmasi apa yang ingin
ditulis oleh Angel Girls, dan asal menggambar saja.
Untuk Akarin, dia menulis,
"Banyak bicara."
Untuk Megumin,
"Bodoh."
Untuk Chiaki,
"Berisik sedikit dong."
Dan untuk Miyabi, "Bangun."
Gambaran nyeleneh ataupun
satu kata untuk semuanya itu, membeli tawa dan marah dari semua anggota.
Melihat Shi-chan bersenda
gurau dengan teman-temannya sambil tertawa gembira, aku merasa lega.
Melihat bagaimana mereka
tertawa bersama secara alami, aku merasa Shi-chan memang lebih baik berada di
lingkaran mereka──.
Sekarang, di kelas kami,
ada grup idol nasional "Angel Girls" yang hadir.
Mereka duduk di
kursi-kursi sederhana yang dibuat dari meja di kelas dan terlihat menikmati
obrolan sambil makan omurice dengan senang.
Pemandangan yang
sepertinya tak nyata ini, tentunya menarik perhatian orang-orang di sekitar.
Meskipun kelas itu
terkesan sederhana dan tidak terlalu berhias, kehadiran mereka sudah cukup
untuk membuat ruangan tersebut bersinar.
Kabar bahwa Angel Girls
ada di kelas kami tersebar dengan cepat ke seluruh sekolah.
Kami memiliki batasan
untuk masuk ke kelas, tapi di koridor sudah banyak orang yang mencoba melihat
mereka.
Keberadaan mereka memang
begitu spesial, memiliki daya tarik dan keindahan yang luar biasa.
"Aduh, di luar sudah
jadi kacau banget ya,"
Akarin membuka mulutnya
biasa saja melihat kerumunan di luar kelas, lalu dia tersenyum dan melambaikan
tangan ke para penggemar dengan ringan.
Dan hanya dengan itu saja,
dari luar kelas terdengar sorakan semarak.
Itu benar-benar ciri khas
dari seorang bintang.
Jadi, meskipun di luar
sepertinya sedikit kacau, para anggota Angel Girls terlihat tak terlalu peduli.
Bagi kami mungkin
keadaannya sudah ramai, tapi bagi mereka sepertinya ini sudah biasa.
"Terima kasih atas
makanannya, sangat enak. Sekarang, karena kita sudah melihat Shiorin dalam
kostum maid, kita tidak boleh berlama-lama dan menyusahkan toko ini, jadi mari
kita berangkat,"
Setelah selesai makan,
Akarin yang berdiri memanggil yang lain dan anggota-anggota lain mengangguk
lalu berdiri.
"Eh, kalian akan
pergi sekarang?"
"Iya, karena kita ada
jadwal selanjutnya. ──oh iya, aku akan berikan ini. Shiorin, kau harus datang
nanti. Dan juga Tak-kun, Yamamoto-kun, dan Shimizu-san. Terima kasih atas kegiatan
terakhir kali,"
Akarin memberikan
selebaran kecil yang dia ambil dari saku pada Shi-chan yang tampak sedikit
sedih.
Lalu Akarin tidak hanya
mengundang Shi-chan, tapi juga mengatakan kepada saya, Takuya, dan Shimizu-san
untuk datang nanti.
Takuya dan Shimizu-san
terkejut karena masih diingat namanya, meskipun pertemuan terakhir mereka
adalah di restoran keluarga setelah berenang di kolam.
Meskipun masih belum jelas
kemana mereka akan pergi, Takayuki tentunya menjawab akan datang.
"Hmm, begitu
ya,"
Dan Shi-chan, sambil
melihat selebaran yang diberikan Akarin, mengangguk seperti dia mengerti.
Sepertinya semua informasi
yang mereka butuhkan tertulis di selebaran itu, dan aku juga penasaran melihat
isi selebaran dari sebelah.
"Rencana Spesial
Mendadak! Angel Girls 'Menyusup' ke Festival Budaya Sebuah SMA! Bisakah Konser
Kejutan Berhasil?!"
Selebaran yang diberikan
Akarin itu tertulis dengan huruf besar seperti itu.
Intinya, tamu rahasia yang
datang ke festival budaya ini ternyata memang Angel Girls, dan setelah ini
mereka akan melakukan konser di sekolah ini.
Namun, selebaran tersebut
tampak sangat profesional untuk dianggap sebagai buatan siswa.
Dengan kata lain, mungkin
saja ini bukanlah sesuatu yang dibuat oleh komite festival budaya sekolah,
melainkan untuk keperluan program televisi.
"Hei, ini masih belum
dirilis ke publik jadi tolong hati-hati dalam menanganinya, ya,"
Akarin, dengan senyum
licik, memberi kami peringatan sambil kami semua terkejut.
Dan kemudian, seakan
menunggu momen ini, senior komite eksekutif festival budaya muncul di kelas
kami.
Di belakang mereka tampak
sosok dewasa yang mungkin diantarkan oleh rombongan Akarin, membuat jalur agar
Akarin dan yang lainnya bisa melewati kerumunan.
"Nah, kita jumpa lagi
nanti,"
"See you later!"
"Sampai jumpa
lagi!"
"Kamu harus datang
nanti, Shiorin,"
Akarin, Megumin, Chiaki,
dan Miyabi sambil berseru ke Shi-chan, meninggalkan kelas.
Sosok mereka yang diiringi
oleh orang dewasa tersebut, sungguh terlihat seperti bintang idol sejati.
"Hey Tak-kun, lihat
ini,"
Setelah mengantar mereka,
Shi-chan yang tampak menyadari sesuatu, berbicara dengan suara rendah sambil
menunjuk pada selebaran.
Mengintip ke tempat yang
ditunjukkan oleh Shi-chan, aku melihat kalimat yang sudah cukup familiar
tercetak di sana.
"Sorry for being too
angelic!"
[TN: Bukannya ane melewatin buat tl ini, tapi kalau
dari judul program acara disini ya bagusnya dalam bahasa inggris, sesuai nama
grup nya “Angel Girls”, kalau mau versi bahasa indonesia nya ya "Maafkan
kelebihan para malaikat"]
Itu adalah nama dari
program televisi populer yang selalu mendapat rating tinggi di mana Angel Girls
berperan.
Melihat itu, aku merasa
paham.
Jadi, selebaran ini bukan untuk
festival budaya sekolah, melainkan promosi untuk program televisi Akarin dan
yang lainnya.
Ingat pernyataan Akarin
tentang 'trick di balik lengan'-nya, aku tidak bisa membantu tetapi tertawa.
Jadi, Akarin telah
mengaitkan kunjungannya ke festival budaya dengan acara televisi mereka.
Semua anggota Angel Girls
hadir dengan cara yang tak terduga, jauh melampaui prediksi siapapun.
Shi-chan juga tampak
menyadari hal itu dan mulai tertawa, "Kalian semua benar-benar melampaui
batas," ucapnya dengan rasa kagum.
Namun, dia tampak senang
bahwa mereka menggunakan cara khusus untuk datang bermain.
Dia terus tersenyum dengan
bahagia.
◇
Setelah kepergian Angel
Girls yang serupa dengan badai, kami kembali ke operasi normal dari kafe
bergaya maid.
Namun, keributan
sebelumnya telah mengungkap keberadaan Shi-chan di kelas ini ke pelanggan umum,
jadi aliran pengunjung tak pernah berhenti.
Akibatnya, bahan makanan
yang disiapkan dalam jumlah besar pun terpakai habis, dan meskipun masih cukup
awal, kami harus menutup kafe lebih cepat.
Setelah menempelkan
pemberitahuan tutup di pintu, aku menutup pintu dan sekarang hanya ada teman
sekelas di dalam kelas.
Kemudian kami semua
berbentuk lingkaran dan, dipimpin oleh Kengo, saling memuji satu sama lain.
"Baiklah,
semuanya!"
"Terima kasih atas
kerja kerasnya—!"
Dengan ini, kami berhasil
menyelesaikan festival budaya ini dengan hasil besar, yaitu terjual habis semua
barang yang kami jual.
Persiapannya membutuhkan
waktu yang cukup lama, tapi begitu selesai, semuanya berlalu begitu cepat.
Melihat jam, masih sebelum
jam satu siang.
Artinya, walaupun kegiatan
kelas kami sudah selesai, festival budaya ini masih jauh dari berakhir.
Makanya, aku memutuskan
untuk secara diam-diam mengajak Shi-chan agar kami bisa berkeliling bersama
nantinya.
"Shi-chan, kalau kamu
mau, bagaimana kalau kita—"
"Keliling bersama!
Aku ingin melihat banyak hal dengan Tak-kun!"
Sambil mata besarnya
berkilau, Shi-chan menjawab sebelum aku sempat menyelesaikan kata-kataku.
Dengan demikian, aku memutuskan
untuk menikmati festival budaya bersama Shi-chan, tapi ada satu masalah.
—Apa yang harus kami
kenakan…
Ya, saat ini aku mengenakan
pakaian pelayan, dan Shi-chan berpenampilan maid yang cukup menggoda.
Jika kami berkeliling
sekolah dengan pakaian ini, tentu saja akan menjadi pusat perhatian.
Namun, mengganti pakaian
juga ribet, dan ada juga pemikiran bahwa itu membuang waktu, jadi aku memutuskan
untuk menanyakan pendapat Shi-chan.
"Apa yang harus kita
kenakan?"
"Apa yang kamu
bicarakan, Tak-kun? Hari ini kan hari festival budaya."
Namun, Shi-chan menjawab
pertanyaan aku dengan senyum nakal yang seolah-olah berarti dia tidak berencana
untuk berganti pakaian sama sekali.
Aku berpikir bahwa pasti
akan menarik perhatian di luar sana, tapi Shi-chan, seolah-olah memahami
pemikiranku, menambahkan sesuatu.
"Tak-kun, coba
pikirkan? Saat aku memakai seragam maid atau seragam sekolah, bukankah itu sama
saja?"
Setelah mendengar
kata-kata Shi-chan, aku merasa itu masuk akal.
Pada akhirnya,
kenyataannya Shi-chan adalah orang terkenal, dan dia akan menarik perhatian di
festival budaya ini, tidak peduli apa yang dia pakai.
Tentu saja, penampilan
maidnya yang menarik ini mungkin akan mendapatkan lebih banyak perhatian
daripada jika dia mengenakan seragam sekolah.
Namun, seperti yang
dikatakan Shi-chan, hari ini adalah hari festival budaya.
Jika berpakaian tidak
biasa diizinkan hanya untuk hari ini, mungkin Shi-chan ingin menikmati hal itu.
Jika itu yang diinginkan,
aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan lagi.
Dengan demikian, kami
memutuskan untuk berkeliling dan menikmati festival budaya dengan pakaian maid
dan pelayan yang kami kenakan.
◇
Setelah keluar dari kelas
dengan Shi-chan, kami memutuskan untuk pertama-tama melihat-lihat kelas siswa
tahun pertama yang lain.
Tapi, saat kami muncul di
lorong, perhatian dari sekeliling mulai tertuju pada kami.
Mantan idola nasional yang
sampai tadi melayani di kafe maid, kini dilepas dari kelas dengan balutan
pakaian maid, jadi wajar saja kalau kami menjadi pusat perhatian.
Namun, yang tidak kami
duga adalah, tak hanya anak laki-laki, bahkan anak perempuan pun memerah
pipinya sambil melihat ke arah kami.
Aku tak bisa tidak
mengagumi Shi-chan yang bisa membuat bahkan anak perempuan lain terpaku seperti
itu.
"…Hmm, jadi itu
toh."
Namun Shi-chan, sambil
berbisik kata-kata itu, sedikit membusungkan pipinya dan tampak tidak senang.
Meskipun wajahnya yang
membusung itu malah terlihat cocok dengan busana yang dia kenakan dan terlihat imut.
"Yah, sepertinya
penampilan kita sekarang ini cukup mengejutkan, kan?"
Aku mencoba untuk
menenangkan Shi-chan yang sedikit menunjukkan ekspresi tidak senang sambil
tertawa.
"Kita memang
berjalan-jalan dengan busana ini, jadi tak heran jika menarik perhatian,"
begitu aku memberikan alasan.
Namun, Shi-chan merespon
kata-kata aku dengan kesal, "Ternyata Tak-kun memang kurang peka ya,"
katanya.
Aku tidak terlalu mengerti
alasan di balik tanggapannya yang tak terduga itu, jadi aku memutuskan untuk
mengubah topik pembicaraan.
"Eh, hey Shi-chan
lihat! Itu rumah hantu ya!"
"Eh? Oh, iya. Benar
juga."
"Mau masuk?"
"Eh? Tidak, aku tidak
terlalu suka hantu…"
"Yaudah, ayo kita
masuk!"
Tanpa membiarkan dia
berkata tidak, aku mengambil tangan Shi-chan yang tampak sedikit tidak suka dan
memasuki rumah hantu.
Aku tahu dari pengalaman
bermain di taman hiburan sebelumnya, Shi-chan itu tidak suka hal-hal yang
menakutkan.
Jadi aku pikir, memasuki
rumah hantu ini juga merupakan cara yang bagus untuk mengalihkan perhatian
Shi-chan yang sedang kesal, meskipun sedikit paksa.
Yah, rumah hantu di taman
hiburan kemarin memang asli dan mungkin itulah yang menakutkan, tapi yang ini
adalah buatan siswa, dibuat sendiri.
Dengan kualitas rumah
hantu buatan amatir seperti ini, sepertinya tidak akan ada ketakutan yang
terlalu otentik, pikir aku dengan yakin, sambil menenangkan Shi-chan yang
tampak cemas dan mengikut dekat.
Begitu kami masuk ke rumah
hantu, di dalamnya ditutup dengan tirai, dan jalur yang diterangi cahaya redup
itu benar-benar membawa suasana mencekam yang tepat.
"Wah, ternyata lebih menakutkan
daripada yang aku kira."
"Ja, jangan
tinggalkan aku ya, Tak-kun…"
Aku yang terkesan dengan
tingkat keterampilan rumah hantu ini dan Shi-chan yang benar-benar takut.
Namun, objek yang
ditempatkan dan dianggap sebagai hantu itu adalah semuanya buatan tangan dan
terasa kurang meyakinkan untuk menimbulkan ketakutan.
Meski begitu, Shi-chan
sepertinya benar-benar tidak suka hantu, dan benar-benar takut bahkan pada
objek hantu buatan yang menjurus ke kesan amatir itu.
Seperti saat kami di rumah
hantu sebelumnya, Shi-chan langsung melingkarkan tangannya erat-erat pada
lenganku, tapi mengingat dia sekarang mengenakan kostum maid, jantung aku berdebar-debar
untuk alasan yang berbeda.
Dan kami sudah hampir
mencapai akhir dari rumah hantu tersebut.
Kami berbelok di jalan
sempit, dan sebelum memasuki tikungan terakhir, kami menyadari bahwa sebuah
objek hantu yang cukup besar telah diletakkan di sana.
Penampilannya masih
menunjukkan kesan buatan tangan dan, jujurnya lebih terasa lucu daripada
menyeramkan.
Yah, tapi itulah daya
tarik festival ini, dan aku tidak bisa tidak tersenyum tipis.
Setiap orang telah
berusaha keras dan menciptakan sesuatu dari nol, hal itu yang paling penting.
Namun, ketenangan itu
hanya sampai di sana—.
Hantu buatan itu tiba-tiba
berdiri dan menerkam kita sambil berteriak.
Aku pun terkejut oleh
serangan mendadak itu dan secara spontan kaget.
Dan tentu saja, Shi-chan
yang tidak suka hal-hal menakutkan, pasti akan lebih terkejut.
Shi-chan yang terkejut, dengan panik memeluk erat lenganku sambil berteriak "Kyaa!"
Tampaknya karena dia mengenakan kostum maid sekarang, sensasi
itu terasa lebih jelas atau bagaimanapun sangat lembut—.
Dengan itu, aku yang akhirnya lebih memperhatikan sensasi itu
daripada ketakutan, memutuskan untuk segera melarikan diri dari rumah hantu itu
demi Shi-chan yang ketakutan.
Saat kami beranjak pergi, aku merasa mendengar suara desis
dari hantu di belakang kami, "tsk," tapi tentu saja mustahil bagi
hantu untuk melakukan itu, jadi mungkin itu hanya perasaanku—.
Itulah bagaimana, pada akhirnya, kami terkejut oleh produksi
yang melanggar aturan karena amatirisme, namun berhasil menikmati rumah hantu
itu.
Namun, melihat Shi-chan yang kehabisan nafas di sampingku, aku
mulai merasa sedikit bersalah.
◇
Hari ini telah begitu sibuk, dan kami belum makan siang, jadi
kami memutuskan untuk mencoba barisan kios yang ada di lapangan sekolah.
Ketika kami benar-benar sampai di lapangan sekolah, ada banyak
kios yang berderetan di sana.
Kami telah mempersiapkan kerangka sejak hari sebelumnya, jadi
kami sudah tahu bagaimana kios-kios itu akan ditempatkan, tetapi menyaksikan
mereka beroperasi dan ramai dengan banyak orang membuat suasana terasa sangat
berbeda dan benar-benar serasa festival.
"Wah, rasanya beneran kayak lagi di festival ya!"
Shi-chan yang sudah kembali ceria itu tersenyum dengan penuh
semangat sambil melihat pemandangan itu.
Penampilannya seperti anak kecil yang berkunjung ke taman
bermain, begitu polos dan imut sambil berpikir ingin mencoba apa.
Kalau bicara soal kios-kios ini, saat festival kembang api
yang lalu kita tidak bisa pergi bersama, jadi hari ini bisa berkeliling bersama
kios itu membuatku juga sangat senang.
"Ayo pergi, Tak-kun!"
Dan Shi-chan pun menggenggam tanganku dan mulai berlari.
Aku sempat berpikir bahwa tidak seharusnya kita bergandengan
tangan di depan umum, tapi melihat Shi-chan yang begitu senang, aku tidak bisa
berkata apa-apa.
Saat kita sampai di depan kios, ada yang menjual takoyaki dan
yakisoba klasik, dan bahkan ada yang unik seperti napoli panggang.
Setiap kios berusaha keras untuk menjual sebanyak mungkin, dan
persaingan memanggil pelanggan sangatlah semarak.
Semangat dan keramaian itu benar-benar memberikan suasana
festival, dan hanya dengan melihat saja sudah membuat kita ikut senang.
"Shi-chan, kamu mau yang mana?"
"Hmm, mungkin takoyaki yang bisa kita bagi ya!"
Saat aku bertanya apa yang dia ingin makan, dia tersenyum
nakal dan langsung menjawab takoyaki.
Meski kita juga makan takoyaki bersama belum lama ini, tapi
jika dia begitu ingin makan sampai langsung menjawab, tidak ada alasan untuk
menolak, jadi kita pun menuju ke kios takoyaki.
"Halo, selamat datang! Mau yang mana ya—eh, apa!?"
Pelayan senior yang menyambut kami dengan ceria seperti
seorang tukang yang asli, saat menyadari bahwa Shi-chan yang datang, dia
benar-benar terkejut dan membeku.
Bukan hanya dia, banyak orang yang sudah ada di tempat itu
juga terkejut dengan tiba-tiba munculnya mantan idola nasional yang berpakaian
maid itu.
"Wah, aku senang banget! Aku pikir aku tidak bisa melihat
karena aku punya tugas, tapi ternyata bisa juga!"
Suara-suara gembira seperti itu pun terdengar dari mana-mana,
popularitas Shi-chan memang luar biasa.
"Tolong satu takoyaki ya!"
"Ah, iya-iya! —Oh, kalau Shiorin yang datang sebagai
pelanggan, tidak mungkin tidak memberikan servis! Ini adalah servis dari kami,
ambillah dua!"
Meskipun senior itu sempat terdiam, dia segera memulihkan diri
dan memberi kita satu takoyaki ekstra sebagai layanan.
Karena itu adalah tawaran yang baik dari senior, kami pun
dengan terima kasih menerima takoyaki yang telah diberikan sebagai layanan itu.
Setelah itu, kami berdua memutuskan untuk duduk bersama di
atas batu yang terletak di sudut halaman sekolah, dan makan takoyaki
bersama-sama.
Di sini agak sulit terlihat oleh orang lain, jadi akhirnya
kami bisa tenang dan menikmati waktu berdua.
"Enak ya."
"Iya, rasanya buatan tangan gitu, bagus deh."
Setelah kami mencicipinya, meskipun sederhana, rasanya sangat
enak.
Berbeda dengan takoyaki di food court yang kita makan terakhir
kali yang lembut di dalam, ini takoyaki klasik yang padat dan terisi penuh.
Rasa seperti ini juga bikin kita ingin makan secara berkala.
"Jadi, ayo Tak-kun, Ahh buka mulutnya."
"Eh, tidak, kita, kita bisa dilihat orang!"
"Tidak ada yang melihat di sini kok! Ayo, ahh."
"Baiklah, kalau begitu… Ahh."
Dengan sedikit paksaan, Shi-chan memintaku untuk membuka
mulut. Dan sepertinya, alasan dia memilih takoyaki adalah karena dia ingin
melakukan hal ini.
Yah, memang di tempat ini tampaknya aman dari pandangan orang
lain, jadi aku menerima takoyaki yang dia suapkan kepadaku dengan sekali suap.
Dan anehnya, takoyaki yang aku makan dari tangan Shimkan
terasa lebih enak daripada saat aku makan sendiri tadi.
Ini pasti karena aku di-suap oleh Shi-chan.
Melihat hal ini, aku memutuskan untuk membiarkan Shi-chan juga
merasakan fenomena aneh ini.
"Sekarang giliranmu Shi-chan, ayo, Ahh."
"Eh? Tidak, aku tidak perlu! Kita, kita bisa dilihat oleh
orang lain!"
"Tenang saja, tidak ada yang melihat di sini kan? Ayo,
Ahh."
"Ah… baiklah, kalau begitu… Ah, Ahh."
Saat aku membalas dengan suapan untuk Shi-chan, dia dengan
malu-malu membuka mulutnya dan memasukkan takoyaki yang aku suapkan.
Dan saat dia mengunyahnya, tampaknya ada keimutan seperti
hewan kecil yang sangat menenangkan hanya untuk dilihat.
"Gimana?"
"En, enak sekali!"
Tanpa bisa menahan diri, aku bertanya kepada Shi-chan yang
tampak imut seperti hewan kecil itu tentang bagaimana rasanya.
Dan meskipun dia masih mengunyah, Shi-chan berusaha keras
untuk memberikan penilaian rasanya.
Semua gerakannya terlalu imut sampai-sampai aku ingin
memeluknya saat itu juga. Ternyata, aku dan dia sudah benar-benar seperti
pasangan yang bodoh yang merajalela.
Jika aku dari awal masuk SMA melihat diriku yang sekarang,
pasti aku akan terkejut dan tercengang.
Sejauh itu, aku telah terbahak melihat betapa diriku berubah.
Tapi itu bukan hal buruk, melainkan sangat bahagia.
Begitulah kami, sambil menikmati pemandangan festival dari
kejauhan dan menikmati takoyaki.
Kemudian, ketika kami melihat jam, tiba-tiba saja sudah
melewati pukul dua siang.
Berangkat karena sudah waktunya, setelah menghabiskan
takoyaki, kami memutuskan untuk menuju ke gimnasium. [TN:
Gedung olahraga]
◇
Setibanya di gimnasium, sebuah drama oleh siswa tahun ketiga
sedang dipentaskan di atas panggung.
Tampaknya menjadi sebuah komedi, dan setiap lucunya yang
dibawakan di atas panggung disambut dengan gelak tawa penonton.
Tempat duduknya sudah cukup penuh, jadi kami memutuskan untuk
mengambil tempat di beberapa kursi lipat kosong di bagian belakang.
Melihat jadwal yang kami terima di pintu masuk, pertunjukan
yang berlangsung ini merupakan pertunjukan ketiga dari terakhir pada hari itu.
Setelah itu ada pertunjukan musik ringan dari klub, dan
terakhir muncul tamu rahasia, tampaknya itulah urutannya.
Saat aku melihat sekeliling, jumlah orang di gym semakin
banyak, sepertinya rumor bahwa tamu rahasia itu adalah Angel Girls telah
menyebar luas.
Yah, sudah kuduga sejak awal karena mereka memang muncul di
festival ini.
Karena itu, semua orang ingin mendapatkan tempat duduk yang
bagus untuk melihat Angel Girls, jadi tempat-tempat depan mulai terisi satu
persatu.
"Oh, kalian sudah datang?"
Orang yang memanggil dengan suara itu adalah Takayuki.
Di sampingnya juga ada Shimizu-san, yang merapatkan diri di
samping Takayuki dengan kostum maid yang sama seperti Shi-chan.
Melihat keduanya yang begitu berani berpasangan, aku pun jadi
merasa iri.
Tapi dalam kasus kami, tidak mungkin mengungkap hubungan kami
ke publik, jadi tidak ada pilihan lain...
Dengan begitu, Takayuki dan yang lainnya bergabung, dan kami
berempat menikmati drama bersama.
Drama oleh para senpai yang tidak masuk akal dengan cara yang
menyenangkan itu sangat menarik, dan aku senang Shi-chan di sampingku ikut
tertawa bersama.
Setelah drama selesai, sekarang giliran pertunjukan musik
ringan yang akan dimainkan.
Di atas panggung bahkan sudah dibawa drum set yang benar-benar
professional, dan suasana semakin terasa bahwa live show akan segera dimulai.
Yang teringat di benakku ketika mendengar 'live' adalah tentu
saja acara live band cewek "DDG" yang pernah kita kunjungi
sebelumnya.
Saat itu, berkat tiket live yang Takayuki dapatkan dari orang
tuanya, aku bisa menikmati acara live yang sesungguhnya untuk pertama kalinya.
Dan saat para anggota Angel Girls tiba-tiba muncul di atas
panggung sebagai tamu kejutan, aku benar-benar terkejut melihat Shi-chan, mantan
anggota Angel Girls juga ada di sebelahku.
Ketika aku mengingat kembali saat aku sedang menonton panggung
Angel Girls bersama Shi-chan, mantan anggota Angel Girls, aku tidak bisa
menahan tawa pada kenyataan bahwa itu tidak akan pernah terjadi.
Shi-chan, yang menyadari aku sedang mengenang dan tersenyum,
menoleh ke arahku dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Namun demikian, sepertinya dia senang karena aku terlihat
menikmati, dia perlahan menggenggam tanganku dengan sebuah senyum lembut.
Hari ini juga, kemungkinan besar kita akan dapat melihat live
Angel Girls di sini.
Jadi, itu berarti situasi yang sama dengan live DDG saat itu.
Saat itu, Shi-chan juga naik ke panggung karena diundang oleh
Akarin, tapi dari apa yang dia katakan saat itu, aku bisa menduga pasti ada
sesuatu yang akan terjadi kali ini juga.
Sambil berpikir begitu dan menoleh ke Shi-chan, aku melihatnya
tersenyum bahagia saat mata kami bertemu.
Dihadapkan dengan senyuman semanis malaikat itu, aku juga
tersenyum kembali secara otomatis.
──Apa yang Shi-chan inginkan, aku bertanya-tanya.
Antara dirinya sebagai seorang idola dan sebagai seorang siswi
SMA biasa──.
Mungkin, setelah ini Shi-chan akan dihadapkan pada pilihan
tersebut, dan aku tidak bisa tidak merasa khawatir tentang itu.
Tapi sekarang, asalkan Shi-chan menikmatinya, itu sudah cukup
bagiku.
Sekarang, aku hanya ingin menikmati festival budaya ini sampai
akhir.
Aku mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan,
tapi aku berharap hubungan ini bisa terus berlanjut selamanya──.
Previous || Daftar isi || Next